Tuesday, January 8, 2013

Skyfall ( Part 8 )

Mataku terus memperhatikan situasi di luar. Melihat orang-orang yang sedang asik berlalu lalang.

Lalu, mataku terbelalak begitu melihat seorang lelaki dengan jaket yang menutupi rambut, tubuh, dan tangannya berjalan melewati kaca jendela di sampingku. Ia seperti Greyson.


Bukan masalah bahwa Ia terlihat seperti Greyson yang membuat mataku terbelalak bahkan sampai tersedak, tetapi lelaki itu sedang menghisap sebatang rokok yang Ia pegang sembari berjalan. Itu yang membuatku terbelalak bahkan tersedak.


Apa Ia benar Greyson atau hanya terlihat seperti Greyson?


Aku menatapnya sekali lagi dari balik kaca. Ia sudah mulai berjalan menjauh. Maka aku langsung bangkit dan berlari keluar, untuk mengetahui Ia Greyson atau bukan.

Hujan masih dengan derasnya, tetapi aku terus berlari mengikuti arah lelaki yang menyerupai Greyson itu. Karena aku sendiri berlari di trotoar halaman pertokoan jadi tubuhku tak terkena air hujan, begitu juga lelaki itu.


“Greyson!” Teriakku pada akhirnya begitu jarak kami hanya beberapa meter.

Lelaki itu berbalik badan, masih terus menghisap rokok yang Ia pegang. Bola matanya langsung bertemu dengan bola mata milikku, dan dari situ aku mengetahui bahwa Ia benar-benar Greyson.


“Gre-greyson..” Ucapku pelan. Aku sangat yakin Greyson tidak bisa mendengar ucapanku karena petir terus menggelegar di langit. Tetapi aku yakin bahwa Greyson mengerti apa yang ku ucapkan dari gerak mulutku.


“Ciel,”


Aku mendengar Ia menyebut namaku. Dan aku juga mendengar langkah kakinya mendekat kepadaku yang sedang berdiri terpaku melihatnya. Greyson lantas membuat batang rokok yang sedari tadi Ia gunakan.


“Ciel, kamu ngapain?”


Aku masih diam terpaku. Mataku menatap kedua bola mata miliknya. Bola mata cokelat yang terlihat sangat jernih. Sama sekali tidak menggambarkan sosok aslinya yang ternyata liar.


“I thought, you were a good boy...” Ucapku pada akhirnya. Aku sempat menunduk sejenak sebelum kembali menatapnya yang berada di hadapanku. “...but I was wrong, Greyson.”


“Ciel..” Panggilnya lembut. Nafas hangatnya disela-sela hujan sangat terasa menerpa tubuhku. Aku suka kehangatan itu. Tetapi begitu menyadari bahwa bau rokok itu masih terdapat di dalam nafasnya, aku segera mendorong tubuhnya menjauh.


“Selamat malam, bad boy.”


Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Kemudian, aku pun pergi berlalu setelah menampilkan sebuah tatapan sinis kepadanya.


Sebenarnya sangat ingin untuk pergi berlari secepat mungkin menembus hujan, tetapi kakiku tidak sanggup. Kakiku tidak sanggup untuk berlari. Bahkan rasanya seperti sebuah bola besi menimpa badanku. Rasanya seperti bukan air hujan.


“Ciel!”


Aku berbalik. Melihat tubuh Greyson yang berlari mendekat. Aku pun memaksakan diri untuk berlari di tengah hujan walaupun sebenarnya tidak sanggup. Yang ku ingin saat ini hanyalah tidak menatap wajahnya dan tidak menghirup aroma dari nafasnya. Hanya itu.


Tetapi salah, seharusnya aku tidak memaksakan diri. Pandanganku semakin lama semakin kabur, kakiku semakin lemas, nafas ku terasa amat sesak, dan badanku terasa membeku.

Aku tahu, seharusnya aku tidak memaksakan diri untuk berlari.


***


Ku buka mataku perlahan. Jemari tanganku juga ikut bergerak meraih selimut yang memelukku dan melepasnya. Ku kedipkan mataku berkali-kali untuk memperjelas pandanganku, dan kini aku menyadari bahwa sudah berada di atas kasur hotel.


“Kakak?”


Berkali-kali ku serukan namanya, tetapi batang hidungnya tak juga muncul. Sampai ku temui secarik kertas di atas meja yang ditempelkan di gelas berisikan susu hangat.


“Bonjour! Maaf kakak pagi ini sudah pergi meninggalkan mu sendiri. Hari ini kan pameran terakhir kakak untuk tahun ini, jadi kakak harus bersiap di galeri sejak pagi. Tak apa, kan? Lagipula besok kakak sudah bebas, bisa menemanimu berlibur. Je t'aime, sayang :]”


Aku tidak terlalu terkejut lagi. Ini sudah terjadi berulang kali belakangan ini. Aku tahu bahwa Ia memang sangat sibuk dengan pekerjaannya.


Ku raih segelas susu hangat itu, lalu meneguknya cepat. Setelah gelas itu habis tak tersisa, ku raih ponsel yang tepat di samping gelas tadi.

1 pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

“Bonjour :) -bad boy”


Aku mengernyitkan dahi.


Bad boy?


Otakku terus berfikir, sampai akhirnya aku menyadari apa yang sudah terjadi malam tadi.
Greyson. Ya, bad boy. Tetapi kami tidak pernah bertukar nomor ponsel. Jika benar Greyson, darimana Ia mendapatkan nomorku?


Aku mencoba untuk membiarkan pesan singkat itu. Bersikap tak peduli. Padahal dalam hati aku sangat bertanya-tanya siapa dia.


Biarlah, daripada lelah berfikir hanya karena pesan itu, lebih baik aku pergi membersihkan diri.

Setelah mandi, aku hanya memakai sebuah kaus dan celana pendek yang nyaman hanya untuk bermalasan di kamar. Kemudian kembali membuka Skyfall.


“Dear, Skyfall..


Hari ini adalah hari keempat ku di Bali, dan ada cukup banyak hal yang harus ku ceritakan padamu.

Kau tahu, kemarin saat aku sedang menulismu di pantai Ia datang begitu saja dan membaca kalimat terakhir yang ku tuliskan di atasmu. Dan dengan pedenya Ia berkata bahwa aku menuliskan tentang dirinya.

Skyfall, apa menurutmu kepedeannya itu benar?

Ya ya, aku mengakui bahwa kemarin memang aku menulis berbagai macam tentang dirinya. Karena memang hanya objek tentang dirinya yang bisa ku tulis, tidak ada yang lain.
Menuliskan tentang kakak? Tidak mungkin.
Aku tidak menghabiskan waktu bersamanya belakangan ini. Dan nyatanya memang hanya Greyson lah satu-satunya objek yang ku punya.

Kau tahu, kemarin Greyson mengajakku pergi ke kedai ice cream. Ternyata Ia punya kegemaran yang sama sepertiku yaitu memakan ice cream. Ia juga sempat bilang bahwa tantenya mempunyai sebuah kedai ice cream di sana, dan Ia suka memakan ice cream di kedai tantenya secara diam-diam. Licik, ya?

Oiya, kami juga sempat membuat suatu perjanjian yaitu “tiada hari tanpa foto”. Aku tidak tahu mengapa Greyson bisa berfikir seperti itu. Tetapi saat ku tanya, Ia menjawab bahwa foto itu untuk kenang-kenangan. Menurutku, janji itu sepertinya asik.

Tetapi ada satu hal yang membuatku kecewa padanya. Kemarin ku temui dirinya sedang menghisap sebatang rokok sambil berjalan. Ku kira Ia lelaki yang baik, tetapi aku salah. Ia liar.

Apa kau berfikiran yang sama sepertiku, Skyfall?
Menganggapnya liar?

-Cielyta ☮”


Ku taruh pulpen di atas halaman buku. Lalu mengamati langit-langit kamar, dan bayangan Greyson tadi malam saat sedang menghisap rokok datang.
Aku benar-benar tak habis fikir bahwa Ia ternyata seperti itu.

Aku menghela nafas panjang, kemudian berjalan ke balkon.
Ku taruh kedua tanganku di pagar pembatas.
Rambutku melayang di udara karena terpaan angin.
Burung-burung yang sedang berterbangan di langit pun terlihat jelas dari sini.
Aku tersenyum lebar. Membayangkan jika aku bisa terbang dengan bebasnya di langit seperti mereka. Melihat pemandangan yang ada di bawah sembari terbang. Pasti sangat mengasikkan.


Kaki ku kembali melangkah masuk ke dalam, kemudian membaringkan diri di atas kasur.
Baru sesaat berbaring, sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Aku sempat menghela nafas panjang sebelum bangkit dan membuka pintu.


Akhirnya pintu terbuka, dan tubuh seseorang yang telah mengetuk pintu tadi terlihat dengan jelas.


Spontan langsung ku tutup pintu kembali begitu mengetahui bahwa Ia lah yang mengetuk.


“Ciel, kenapa ditutup?” Teriaknya dari luar sambil mengetuk pintu.


“Kau itu liar! Ayah melarangku untuk berteman dengan orang liar sepertimu.” Balasku tak kalah kencangnya. Badanku masih tersender di pintu, kemudian ku dengar Ia menghela nafas.


“Iya aku memang liar. Tetapi asal kamu tahu, aku ngelakuin itu hanya jika aku sedang stress, Ciel.”


Aku terdiam sejenak. Lalu ku dengar Ia berbisik pelan, “Ciel, ayolah. Kemarin aku sedang benar-benar stress.”


Aku menelan ludah kemudian mulai berhenti bersandar di pintu.


“Jangan-jangan kau stress setiap hari.” Balasku dengan tawa yang dibuat-buat.


Ku dengar Ia menghela nafas lagi. “Kau tidak jadi berkunjung ke rumahku?” Tanyanya pelan.

Aku teringat akan janjinya kemarin yang akan mengajakku berkunjung ke kediamannya.
Akhirnya ku buka pintu, dan sosoknya kini sedang melutut di hadapanku dengan tangan kanannya yang menggenggam segelas ice cream di arahkan kepadaku.


“Ice cream?” Tawarnya masih berlutut. Aku hanya mengernyitkan kening dan menatapnya dengan penuh tanya.


“Ayolah, Ciel. Aku tahu kau tidak bisa menolak ini.” Tawarnya lagi dengan meninggikan salah satu alisnya.


Aku menggeleng. “Tidak, cowo liar. Segelas ice cream tidak cukup.” Balasku tak kalah. 


Padahal sejujurnya aku tidak sanggup melihat segelas ice cream berukuran besar di genggamannya.

Greyson bangkit dan berdiri di hadapanku.


“Bagaimana kalau ditambah dengan sebuah tumpangan ke tempat yang mengagumkan?” Tawarnya.


***


“Konyol.”


Aku mengernyitkan kening, lalu memandangi sebuah sepeda yang Greyson gunakan untuk pergi mengunjungiku di hotel.


Kau tahu mengapa aku mengernyitkan kening? Karena Greyson memintaku untuk duduk di bagian depan sepedanya.


Iya aku tahu, tadi Ia sempat menawariku sebuah tumpangan ke tempat yang mengagumkan baginya. Tetapi saat mengetahui bahwa aku ditawari tumpangan untuk duduk dibagian depan sepedanya, aku menolak.


“Ayolah, Ciel. Aku sudah berpengalaman dalam menaiki sepeda.” Seru Greyson yang sudah duduk dengan nyaman di atas jok sepedanya.


Aku menoleh, “ya tapi, nanti aku bisa jatuh jika harus duduk di bagian depan seperti itu.” Balasku.


Greyson meraih tanganku. “Tidak akan. Trust me, kay?” Ujarnya.

Aku terdiam, lalu menatap bola mata cokelat miliknya. Bayangan wajahku tergambar di bola mata itu.


“Aku tidak percaya dengan lelaki liar sepertimu. Lebih baik aku berjalan kaki.” Balasku kemudian berjalan lurus. Padahal diriku sendiri tidak tahu tempat apa yang Ia maksud.

 

Aku mendengar Greyson menghela nafas panjang, lalu berucap pelan. “Lihat saja, Ciel. Kau pasti tidak sanggup berjalan, berlari sebentar saja tidak sanggup.”
 

Langkahku langsung terhenti dan menoleh ke belakang. “Lihat saja nanti.” Ujarku lalu kembali berjalan.

Greyson terkekeh di belakang, “akan ku lihat.”


***


“I told ya,” 


Greyson meledekku. Aku hanya mencibir ledekannya yang tidak berhenti sedari tadi.
Ya, setelah berjalan kira-kira lima menit tadi nafasku sudah tidak beraturan. Bahkan langkah kakiku tadi sudah tergopoh-gopoh. Hingga akhirnya aku terpaksa mengalah dan duduk di besi sepeda bagian depannya. Cukup berbahaya memang. Tetapi mau bagaimana lagi? Sepeda milik Greyson tidak menyediakan jok di bagian belakangnya.


“I told ya, Ciel. Kau tidak akan sanggup.”


Greyson kembali meledekku. Bahkan di akhir ucapannya Ia meniup leherku yang alhasil membuat rambutku terhempas udara mulutnya.


“Jangan ditiup! Aku gak mau asap rokokmu itu mengenai kulitku.”


“Ciel, lupakan kejadian semalam ku mohon.”


“Tidak akan, bad boy.”


“Aku tidak seliar yang kau fikir. Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, kemarin aku sedang stress berat.”


Aku terdiam sejenak, kemudian menolehkan kepalaku sedikit agar tidak menutupi pandangannya terhadap jalan.


“Memangnya kau stress kenapa?” Tanyaku pelan, takut jika pertanyaanku terlalu mengarah ke privasi kehidupannya.


Hening.


Greyson tidak menjawab pertanyaanku, dan aku mencoba untuk tidak bertanya lagi. Karena aku tahu, pertanyaanku tadi mungkin memang terlalu mengarah ke privasi hidupnya.


Greyson terus mengayuh sepedanya, dan aku masih terus duduk dengan tidak nyamannya di besi ini. Kedua tanganku memegang erat gagang sepeda yang membuat sesekali tanganku bertemu dengan tangan miliknya, dan Greyson menaruh jemarinya di atas tanganku. Mengelus buku-buku jariku lembut.
Ku rasa, kupu-kupu ini datang lagi.


Selang beberapa waktu, Greyson menghentikan kayuhannya kemudian menyuruhku turun. Kami berhenti di pinggir jalan yang membuatku berfikir, Inikah tempat mengagumkan yang Ia maksud?


“Bukan tempat ini yang ku maksud.” Ujarnya seakan bisa membaca pikiranku.


“Lalu?” Tanyaku.


“I need to close your eyes,” Ia berjalan ke belakang, lalu menutup kedua mataku perlahan. “..it would be a little surprice.”


---

Thats all about part 8!
Oiya berhubung gue udah kelas 9 dan mau ujian, jadi kayaknya gue bakal jarang ngepost gls deh.
Jadi maaf banget ya kalo nanti bakal buat kalian nunggu lama.
But thanks for read, laffyaah♡
-chanda

No comments:

Post a Comment